Kamis, 14 Februari 2013

Siapa Heni Purwono?


Ketika masa SMA, Heni Purwono bukanlah siapa-siapa. Bahkan dikalangan teman-temannya, Heni lebih dikenal sebagai anak yang kurang pergaulan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu SMA untuk belajar dan bermain sepak bola.

Meski demikian ketika lulusan SMA ia dinobatkan sebagai juara 1 siswa program IPS. “Saat itu saya tidak menyangka, karena saat kelas 1 bahkan saya hamper dikeluarkan dari sekolah akibat pulang lebih awal melompat pagar sekolah” ujar heni sembari terkekeh.
180 Derajat
Saat melanjutkan kuliah semester satu di jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang pada taun 2003 pun Heni tidak Nampak melakukan perubahan. Ia menjalani kuliah sekadar kampus, kantin, dan kost. Baru pada semester kedua heni memutuskan untuk berubah 180 derajat. “Saat itu saya sadar, jika saya kuliah hanya seperti itu, maka saya hanya akan menjadi mahasiswa kampungan. Mahasiswa yang suka pulang kampong, tidak memiliki pengalaman apapun” kenang Heni.
Heni kemudian mulai aktif mencoba berorganisasi di kampus. Segala macam jenis organisasi ia coba. Ia mengawali pengalaman organisasi di Kerohanian Islam Jurusan Sejarah. Tidak butuh waktu lama tahun 2005 Heni sudah menduduki jabatan ketua. Di tahun berikutnya, ia mendiuduki jabatan Ketua Kerohanian Islam di tingkat Fakultas Ilmu Sosial. Tak puas mencicipi organisasi Kerohanian Islam, Heni juga mencicipi aktivitas semi militer di Resimen Mahasiswa Satuan (Menwa) 902 Unnes. Namun aktivitasnya di menwa hanya ia jalanai selama setahun. Selanjutnya ia mencoba aktivitas lain, yaitu di pers mahasiswa. Ia menggabungkan diri pada Unit Kegiatan Mahasiswa Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Unnes. Itupun hanya satu tahun aktif. “Meski satu tahun aktif, namun cukup untuk membekali ilmu jurnalistik. Dan itu sangat bermanfaat” jelas Heni.
Berbekal ilmu jurnaistik tersebut, Heni mulai sering menuliskan artikel opini di media masa. Puluhan artikelnya pernah dimuat di surat kabar Suara Merdeka, Kompas, Wawasan, dan lain sebagainya. “Sampai sekarang saya masih suka menulis di media masa. Ketika saya belajar sejarah, saya banyak menemukan tokoh sejarah menjadi abadi namanya karena karya yang ditulisnya” ujar Heni.
Kemampuan di bidang jurnalistik bahkan menjadikan Heni saat menjadi guru selalu dipercaya menjadi Pembina ekstrakurikuler jurnalistik. Di SMP Nasima Semarang tempat Heni pertama bekerja, sejak tahu 2008 hingga 2010, Heni dipercaya sebagai Pembina ekstrakurikuler Jurnalistik Fotografi dan Sinematografi. Pun demikian ketika ia bekerja di SMA Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara, di sana ia mendirikan ekstrakurikuler Jurnalistik Film Fotografi. “Ketiga jenis kemampuan itu (jurnalistik, film, fotografi) sengaja saya gabungkan, karena saya ingin membekali siswa saya dengan kemampuan konvergensi media. Wartawan saat ini harus serba bisa bukan?” terang Heni.
Dari bimbingannya, Heni banyak membawa siswanya menjadi juara, utamanya di bidang penulisan dan film. Contohnya Heni berhasil membawa siswanya di sekolah Nasima, Aldy Nurian Aryandhita, menjadi Duta Baca Remaja Nasional, serta Talitha Helga Safira dan kawan-kawan dalam kompetisi film anak Panasonic Kid Witnes News (KWN) Indonesia 2009. Di SMA Negeri 1 Sigaluh, tradisi membawa siswanya menjadi juara dilanjutkan. Ia menjadikan siswanya menjadi juara 1 dan 2 lomba film budaya tingkat Banyumas, Festival Film Purbalingga, Banjarnegara Indie Film Festival, dan sebagainya.
Tak hanya jago dalam membimbing, sebagai guru Heni juga sarat prestasi. Ia pernah menjuarai lomba artikel guru tingkat Jawa tengah di tahun 2009, serta menjadi juara nasional penulisan best practice guru yang diseenggarakan oleh Kementraian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012. “Awanya saya kecewa karena di tahu 2010 saya dilarang untuk mengikuti lomba guru berprestasi karena masa kerja saya yang belum lama. Namun ternyata selalu ada jalan untuk berprestasi. Ini membuktikan bahwa masa kerja bukan segalanya sebagai ukuran untuk mencapai prestasi” tegas Heni.
Pemburu Beasiswa
Mengenal dunia aktivis kampus menjadikan Heni menjadi tahu jalan meraih beasiswa. Sejak semester satu di Unnes, ia sudah mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi akademik (PPA). “Awalnya saya mengira jika beasiswa hanya diperuntukan bagi mahasiswa miskin. Ternyata banyak juga tersedia beasiswa prestasi” ujar Heni. Hingga semester tujuh, Heni rutin menerima beasiswa PPA. Namun di semester delapan, Heni beralih mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Ekstrakurikuler (PPE). “Kerena saya aktif berorganisasi, maka saya berhasil mendapatkan beasiswa itu. Lumayan, bisa untuk membayar SPP kuliah. Untuk uang jajan, biasanya saya mengandalkan honor dari menulis di koran” jelas Heni. Bahkan di akhir masa kuliahnya, Heni mampu mewujudkan mimpinya untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Ia mendapatkan beasiswa unggulan Aktivis Mahasiswa. Dengan beasiswa tersebut, selama sepekan ia menjalani Student Exchange Program di University Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia.
Tak hanya itu, setelah menjadi guru, Heni juga berhasil mendapatkan beasiswa calon pengawas sekolah dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012 di Unnes. “Sebenarnya saya tengah menjalani program S2 Ilmu Sejarah di Undip dengan biaya pribadi, namun karena alasan biaya, perkuliahan harus segera saya akhiri. Alhamdulilah saya akhirnya mendapatkan beasiswa sehingga saya masih dapat mengejar gelar Magister saya” ujar Heni.
Pada bulan April nanti, program perkuliahannya di Magister Manajemen Pendidikan Unnes juga akan membawanya ke National Institute of Education International (NIEI) Nanyang University Singapore untuk melakukan magang kepengawasan sekolah. Bahkan jika beruntung, atas prestasi menjuarai lomba penulisan best practice, Heni berkesempatan mengikuti program benchmarking dan networking ke luar negeri. “Ketika kuliah saya memang menuliskan mimpi-mimpi saya untuk mendapatkan beasiswa dan dapat pergi ke luar negeri. Alhamdulillah sudah tercapai, dan bahkan saya menuliskan mimpi untuk menyelesaikan program doktoral (S3) nanti di Jepang. Semoga semuanya berjalan lancar” harap Heni.

Keluarga pendidik
Heni memang lahir dan dibesarkan dari keluarga pendidik. Heni merupakan anak ke sebelas dari sebelas bersaudara, sebagian besar saudaranya pun menjadi guru. Ayahnya, H S Chaeruri merupakan pensiunan kepala sekolah MI Cokroaminoto Lengkong 2. Sedangkan ibunya, Hj Yatimah, meski tak secara formal menjadi guru, namun aktif membina dan menjadi ketua majelis talim Al Ikhlas di desa Luwung Kecamatan Rakit. 
Istrinya, Herni Sukaesi juga merupakan orang yang bergelut di dunia pendidikan. Herni adalah mantan guru di SD Islam Internasional Al Abidin Surakarta dan SMP Islam Terpadu Permata Hati Banjarnegara. Bahkan mertua Heni juga seorang guru Madrasah Ibtidaiyah di Kalibening. Saat ini pasangan keluarga Heni dan Herni sudah dikarunia seorang putri bernama Fatiha Salma Haniyya. “Semoga keturunan saya juga mencintai dunia pendidikan kelak” harap Heni.
Nama                 : Heni Purwono
Pekerjaan           : Guru SMA Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara
TTL                    : Banjarnegara, 05 Oktober 1984
Alamat               : Luwung RT 03 RW 01, Rakit, Banjarnegara
Pendidikan        
S1 Jurusan Sejarah Unnes (lulus 2008) 
S2 Magister Ilmu Sejarah Undip (2008-sekarang)  
S2 Magister Manajemen Pendidikan, Kepengawasan Sekolah, Unnes (2012-sekarang)
Istri                        : Herni Sukaesi
Anak                      : Fatiha Salma Haniyya
Hobi                       : Menulis, Membaca, Futsal