Ketika masa SMA,
Heni Purwono bukanlah siapa-siapa. Bahkan dikalangan teman-temannya, Heni lebih
dikenal sebagai anak yang kurang pergaulan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu
SMA untuk belajar dan bermain sepak bola.
Meski demikian ketika lulusan SMA ia dinobatkan sebagai juara 1 siswa program IPS. “Saat itu saya tidak menyangka, karena saat kelas 1 bahkan saya hamper dikeluarkan dari sekolah akibat pulang lebih awal melompat pagar sekolah” ujar heni sembari terkekeh.
180
Derajat
Saat melanjutkan
kuliah semester satu di jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang pada taun
2003 pun Heni tidak Nampak melakukan perubahan. Ia menjalani kuliah sekadar
kampus, kantin, dan kost. Baru pada semester kedua heni memutuskan untuk
berubah 180 derajat. “Saat itu saya sadar, jika saya kuliah hanya seperti itu,
maka saya hanya akan menjadi mahasiswa kampungan. Mahasiswa yang suka pulang
kampong, tidak memiliki pengalaman apapun” kenang Heni.
Heni kemudian
mulai aktif mencoba berorganisasi di kampus. Segala macam jenis organisasi ia
coba. Ia mengawali pengalaman organisasi di Kerohanian Islam Jurusan Sejarah.
Tidak butuh waktu lama tahun 2005 Heni sudah menduduki jabatan ketua. Di tahun
berikutnya, ia mendiuduki jabatan Ketua Kerohanian Islam di tingkat Fakultas
Ilmu Sosial. Tak puas mencicipi organisasi Kerohanian Islam, Heni juga
mencicipi aktivitas semi militer di Resimen Mahasiswa Satuan (Menwa) 902 Unnes.
Namun aktivitasnya di menwa hanya ia jalanai selama setahun. Selanjutnya ia
mencoba aktivitas lain, yaitu di pers mahasiswa. Ia menggabungkan diri pada
Unit Kegiatan Mahasiswa Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Unnes.
Itupun hanya satu tahun aktif. “Meski satu tahun aktif, namun cukup untuk
membekali ilmu jurnalistik. Dan itu sangat bermanfaat” jelas Heni.
Berbekal ilmu
jurnaistik tersebut, Heni mulai sering menuliskan artikel opini di media masa.
Puluhan artikelnya pernah dimuat di surat kabar Suara Merdeka, Kompas, Wawasan,
dan lain sebagainya. “Sampai sekarang saya masih suka menulis di media masa.
Ketika saya belajar sejarah, saya banyak menemukan tokoh sejarah menjadi abadi
namanya karena karya yang ditulisnya” ujar Heni.
Kemampuan di
bidang jurnalistik bahkan menjadikan Heni saat menjadi guru selalu dipercaya
menjadi Pembina ekstrakurikuler jurnalistik. Di SMP Nasima Semarang tempat Heni
pertama bekerja, sejak tahu 2008 hingga 2010, Heni dipercaya sebagai Pembina
ekstrakurikuler Jurnalistik Fotografi dan Sinematografi. Pun demikian ketika ia
bekerja di SMA Negeri 1 Sigaluh Banjarnegara, di sana ia mendirikan
ekstrakurikuler Jurnalistik Film Fotografi. “Ketiga jenis kemampuan itu
(jurnalistik, film, fotografi) sengaja saya gabungkan, karena saya ingin
membekali siswa saya dengan kemampuan konvergensi media. Wartawan saat ini
harus serba bisa bukan?” terang Heni.
Dari
bimbingannya, Heni banyak membawa siswanya menjadi juara, utamanya di bidang
penulisan dan film. Contohnya Heni berhasil membawa siswanya di sekolah Nasima,
Aldy Nurian Aryandhita, menjadi Duta Baca Remaja Nasional, serta Talitha Helga Safira
dan kawan-kawan dalam kompetisi film anak Panasonic Kid Witnes News (KWN)
Indonesia 2009. Di SMA Negeri 1 Sigaluh, tradisi membawa siswanya menjadi juara
dilanjutkan. Ia menjadikan siswanya menjadi juara 1 dan 2 lomba film budaya
tingkat Banyumas, Festival Film Purbalingga, Banjarnegara Indie Film Festival,
dan sebagainya.
Tak hanya jago
dalam membimbing, sebagai guru Heni juga sarat prestasi. Ia pernah menjuarai
lomba artikel guru tingkat Jawa tengah di tahun 2009, serta menjadi juara
nasional penulisan best practice guru yang diseenggarakan oleh Kementraian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012. “Awanya saya kecewa karena di tahu 2010
saya dilarang untuk mengikuti lomba guru berprestasi karena masa kerja saya
yang belum lama. Namun ternyata selalu ada jalan untuk berprestasi. Ini
membuktikan bahwa masa kerja bukan segalanya sebagai ukuran untuk mencapai
prestasi” tegas Heni.
Pemburu
Beasiswa
Mengenal dunia
aktivis kampus menjadikan Heni menjadi tahu jalan meraih beasiswa. Sejak
semester satu di Unnes, ia sudah mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi
akademik (PPA). “Awalnya saya mengira jika beasiswa hanya diperuntukan bagi mahasiswa
miskin. Ternyata banyak juga tersedia beasiswa prestasi” ujar Heni. Hingga
semester tujuh, Heni rutin menerima beasiswa PPA. Namun di semester delapan,
Heni beralih mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Ekstrakurikuler (PPE).
“Kerena saya aktif berorganisasi, maka saya berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Lumayan, bisa untuk membayar SPP kuliah. Untuk uang jajan, biasanya saya
mengandalkan honor dari menulis di koran” jelas Heni. Bahkan di akhir masa
kuliahnya, Heni mampu mewujudkan mimpinya untuk mendapatkan beasiswa ke luar
negeri. Ia mendapatkan beasiswa unggulan Aktivis Mahasiswa. Dengan beasiswa
tersebut, selama sepekan ia menjalani Student Exchange Program di University
Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia.
Tak hanya itu,
setelah menjadi guru, Heni juga berhasil mendapatkan beasiswa calon pengawas
sekolah dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012 di Unnes. “Sebenarnya
saya tengah menjalani program S2 Ilmu Sejarah di Undip dengan biaya pribadi,
namun karena alasan biaya, perkuliahan harus segera saya akhiri. Alhamdulilah
saya akhirnya mendapatkan beasiswa sehingga saya masih dapat mengejar gelar Magister
saya” ujar Heni.
Pada bulan April
nanti, program perkuliahannya di Magister Manajemen Pendidikan Unnes juga akan
membawanya ke National Institute of Education International (NIEI) Nanyang
University Singapore untuk melakukan magang kepengawasan sekolah. Bahkan jika
beruntung, atas prestasi menjuarai lomba penulisan best practice, Heni berkesempatan
mengikuti program benchmarking dan networking ke luar negeri. “Ketika kuliah
saya memang menuliskan mimpi-mimpi saya untuk mendapatkan beasiswa dan dapat pergi
ke luar negeri. Alhamdulillah sudah tercapai, dan bahkan saya menuliskan mimpi
untuk menyelesaikan program doktoral (S3) nanti di Jepang. Semoga semuanya
berjalan lancar” harap Heni.
Keluarga
pendidik
Heni memang lahir
dan dibesarkan dari keluarga pendidik. Heni merupakan anak ke sebelas dari
sebelas bersaudara, sebagian besar saudaranya pun menjadi guru. Ayahnya, H S
Chaeruri merupakan pensiunan kepala sekolah MI Cokroaminoto Lengkong 2.
Sedangkan ibunya, Hj Yatimah, meski tak secara formal menjadi guru, namun aktif
membina dan menjadi ketua majelis talim Al Ikhlas di desa Luwung Kecamatan
Rakit.
Istrinya, Herni Sukaesi juga merupakan orang yang bergelut di dunia
pendidikan. Herni adalah mantan guru di SD Islam Internasional Al Abidin
Surakarta dan SMP Islam Terpadu Permata Hati Banjarnegara. Bahkan mertua Heni
juga seorang guru Madrasah Ibtidaiyah di Kalibening. Saat ini pasangan keluarga
Heni dan Herni sudah dikarunia seorang putri bernama Fatiha Salma Haniyya.
“Semoga keturunan saya juga mencintai dunia pendidikan kelak” harap Heni.
Nama : Heni Purwono
Pekerjaan : Guru SMA Negeri 1 Sigaluh
Banjarnegara
TTL : Banjarnegara, 05
Oktober 1984
Alamat : Luwung RT 03 RW 01, Rakit,
Banjarnegara
Pendidikan :
S1 Jurusan Sejarah Unnes (lulus 2008)
S2 Magister Ilmu Sejarah Undip (2008-sekarang)
S2 Magister Manajemen Pendidikan, Kepengawasan
Sekolah, Unnes (2012-sekarang)
Istri : Herni Sukaesi
Anak : Fatiha Salma Haniyya
Hobi : Menulis, Membaca,
Futsal